Pasal Fardhunya Wudhu, Terjemah Kitab Fatkhul Qorib

 Baitulmustaqim.com - Pasal Fardhunya Wudhu, Terjemah Kitab Fatkhul Qorib - Jika pada artikel sebelumnya pembahasan yang admin bagikan terkait dengan Pasal Wadah Yang Haram dan Boleh Dipakai pada terjemahan kitab Fatkhul Qorib, maka artikel berikut akan menyampaikan tentang Pasal Wadah Yang Haram dan Boleh Dipakai, Kitab Fatkhul Qorib.
Terjemah Taqrib Fardhunya Wudhu
Fardhunya Wudhu
Bersuci ada berbagai macam caranya, diantaranya adalah berwudlu, mandi, tayamum dan lain sebagainya. Dalam artikel kali ini admin akan melanjutkan Terjemah Kitab Taqrib yaitu fasal Fardlunya Wudhu.

Pengertian Wudlu

Secara bahasa, pengertian wudhu adalah berasal dari kata wadha’ah yang artinya hasan (baik, bagus) dan bahjah (indah atau elok).

Sementara pengertian wudhu menurut syara', mengutik dalam penjelasan dalam kitab Al-Fiqh Al-Manhaji ala Madzhabis Syafi’i:

اسم لفعل الذي هو استعمال الماء في أعضاء معينة مع النية

Artinya: “Sebuah nama untuk menunjukan perkerjaan yang berupa menggunakan air pada anggota-anggota badan tertentu disertai dengan niat.”

Maksudnya, jika huruf wawu-nya difathah (wadhu’) maka artinya berbeda dengan wudhu. Wadhu' adalah nama untuk menyebut alat yang digunakan untuk berwudhu, yaitu air.

Adapun secara garis besarnya Wudlu adalah mengalirkan air dengan cara membasuh atau mengusap pada anggota tubuh tertentu dengan tujuan untuk menghilangkan hadas kecil sebagai salah satu syarat untuk sahnya shalat, membaca Al-Quran, dan ibadah lain yang mewajibkan suci dari hadas kecil.

Berikut Pasal Fardhunya Wudhu, Terjemah Kitab Fatkhul Qorib

Pasal Farhunya Wudhu

فصل: في فروض الوضوء. وهو بضم الواو في الأشهر اسم للفعل، وهو المراد هنا وبفتح الواو اسم لما يتوضأ به، ويشتمل الأول على فروض وسنن، وذكر المصنف الفروض في قوله: (وفروض الوضوء ستة أشياء)

أحدها (النية) وحقيقتها شرعاً قصد الشيء مقترناً بفعله، فإن تراخى عنه سمي عزماً وتكون النية (عند غسل) أول جزء من (الوجه) أي مقترنة بذلك الجزء لا بجميعه، ولا بما قبله ولا بما بعده، فينوي المتوضىء عند غسل ما ذكر رفع حدث من أحداثه، أو ينوي استباحة مفتقر، إلى وضوء، أو ينوي فرض الوضوء، أو الوضوء فقط، أو الطهارة عن الحدث، فإن لم يقل عن الحدث لم يصح، وإذا نوى ما يعتبر من هذه النيات وشرك معه نية تنظف أو تبرد صح 
وضوءه

 
والثاني (غسل) جميع (الوجه) وحدّه طولاً ما بين منابت شعر الرأس غالباً وآخر اللحيين، وهما العظمان اللذان ينبت عليهما الأسنان، السفلى يجتمع مقدمهما في الذقن، ومؤخرهما في الأذنين وحدّه عرضاً ما بين الأذنين. وإذا كان على الوجه شعر خفيف أو كثيف، وجب إيصال الماء إليه مع البشرة التي تحته، وأما لحية الرجل الكثيفة بأن لم ير المخاطب بشرتها من خلالها، فيكفي غسل ظاهرها بخلاف الخفيفة، وهي ما يرى المخاطب بشرتها، فيجب إيصال الماء لبشرتها، وبخلاف لحية امرأة وخنثى، فيجب إيصال الماء لبشرتهما ولو كثفاً، ولا بد مع غسل الوجه من غسل جزء من الرأس والرقبة وما تحت الذقن

 والثالث (غسل اليدين إلى المرفقين) فإن لم يكن له مرفقان اعتبر قدرهما، ويجب غسل ما على اليدين من شعر (وسلعة، وأصبع زائدة وأظافير، ويجب إزالة ما تحتها من وسخ يمنع وصول الماء إليه)

و الرابع (مسح بعض الرأس) من ذكر أو أنثى أو خنثى، أو مسح بعض شعر في حد الرأس. ولا تتعين اليد للمسح، بل يجوز بخرقة وغيرها، ولو غسل رأسه بدل مسحها جاز ولو وضع يده المبلولة، ولم يحركها جاز


 والخامس (غسل الرجلين إلى الكعبين) إن لم يكن المتوضىء لابساً للخفين، فإن كان لابسهما وجب عليه مسح الخفين أو غسل الرجلين، ويجب غسل ما عليهما من شعر وسلعة وأصبع زائدة كما سبق في اليدين (و) السادس (الترتيب) في الوضوء (على ما) أي الوجه الذي (ذكرناه) في عد الفروض، فلو نسي الترتيب لم يكف، ولو غسل أربعة أعضاءه دفعة واحدة بإذنه ارتفع حدث وجهه فقط

(Fasal) menjelaskan wardlu-wardlu wudlu’

Lafadz “al wudlu’” dengan terbaca dlammah huruf waunya, menurut pendapat yang paling masyhur adalah nama pekerjaannya. Dan dengan terbaca fathah huruf wa’unya “al wadlu’” adalah nama barang yang digunakan untuk melakukan wudlu’.

Lafadz yang pertama (al wudlu’) mencakup beberapa fardlu dan beberapa kesunnahan.

Fardunya wudhu’ ada Enam

Mushannif menyebutkan fardlu-fardlunya wudlu’ di dalam perkatan beliau, “fardlunya wudlu’ ada enam perkara.”

1. Niat wudlu’

Pertama adalah niat. Hakikat niat secara syara’ adalah menyengaja sesuatu besertaan dengan melakukannya. Jika melakukannya lebih akhir dari pada kesengajaannya, maka disebut ‘azm.

Niat dilakukan saat membasuh awal bagian dari wajah. Maksudnya bersamaan dengan basuhan bagian tersebut, bukan sebelumnya dan bukan setelahnya.

Sehingga, saat membasuh anggota tersebut, maka orang yang wudlu’ melakukan niat menghilangkan hadats dari hadats-hadats yang berada pada dirinya.

Atau niat agar diperkenankan melakukan sesuatu yang membutuhkan wudlu’. Atau niat fardlunya wudlu’ atau niat wudlu’ saja.

Atau niat bersuci dari hadats. Jika tidak menyebutkan kata “dari hadats” (hanya niat bersuci saja), maka wudlu’nya tidak syah.

Ketika dia sudah melakukan niat yang dianggap syah dari niat-niat di atas, dan dia menyertakan niat membersihkan badan atau niat menyegarkan badan, maka hukum wudlu’nya tetap syah.

2. Membasuh Wajah

Fardlu yang kedua adalah membasuh seluruh wajah.

Batasan panjang wajah adalah anggota di antara tempat-tempat yang umumnya tumbuh rambut kepala dan pangkalnya lahyaini (dua rahang). Lahyaini adalah dua tulang tempat tumbuhnya gigi bawah. Ujungnya bertemu di janggut dan pangkalnya berada di telinga.

Dan batasan lebar wajah adalah anggota di antara kedua telinga.

Ketika di wajah terdapat bulu yang tipis atau lebat, maka wajib mengalirkan air pada bulu tersebut beserta kulit yang berada di baliknya / di bawahnya.

Namun untuk jenggotnya laki-laki yang lebat, dengan gambaran orang yang diajak bicara tidak bisa melihat kulit yang berada di balik jenggot tersebut dari sela-selanya, maka cukup dengan membasuh bagian luarnya saja.

Berbeda dengan jenggot yang tipis, yaitu jenggot yang mana kulit yang berada di baliknya bisa terlihat oleh orang yang diajak bicara, maka wajib mengalirkan air hingga ke bagian kulit di baliknya.

Dan berbeda lagi dengan jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka wajib mengalirkan air ke bagian kulit yang berada di balik jenggot keduanya, walaupun jenggotnya lebat.

Di samping membasuh seluruh wajah, juga harus membasuh sebagian dari kepala, leher dan anggota di bawah janggut.

3. Membasuh Kedua Tangan


Fardlu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan hingga kedua siku.

Jika seseorang tidak memiliki kedua siku, maka yang dipertimbangkan adalah kira-kiranya.

Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua tangan, yaitu bulu, uci-uci, jari tambahan dan kuku.

Dan wajib menghilangkan perkara yang berada di bawah kuku, yaitu kotoran-kotoran yang bisa mencegah masuknya air.

4. Mengusap Kepala


Fardlu yang ke empat adalah mengusap sebagian kepala, baik laki-laki atau perempuan.

Atau mengusap sebagian rambut yang masih berada di batas kepala. Tidak harus menggunakan tangan untuk mengusap kepala, bahkan bisa dengan kain atau yang lainnya. Seandainya dia membasuh kepala sebagai ganti dari mengusapnya, maka diperkenankan.

Dan seandainya dia meletakkan (di atas kepala) tangannya yang telah di basahi dan tidak mengerakkannya, maka diperkenankan.

5. Membasuh Kedua Kaki

Fardlu yang ke lima adalah membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, jika orang yang melaksanakan wudlu’ tersebut tidak mengenakan dua muza.

Jika dia mengenakan dua muza, maka wajib bagi dia untuk mengusap kedua muza atau membasuh kedua kaki.

Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua kaki, yaitu bulu, daging tambahan, dan jari tambahan sebagaimana keterangan yang telah dijelaskan di dalam permasalahan kedua tangan.

6. Tertib

Fardlu yang ke enam adalah tertib di dalam pelaksanaan wudlu’ sesuai dengan cara yang telah saya jelaskan di dalam urutan fardlu-fardlunya wudlu’.

Sehingga, kalau lupa tidak tertib, maka wudlu’ yang dilaksanakan tidak mencukupi.

Seandainya ada empat orang yang membasuh seluruh anggota wudlu’nya seseorang sekaligus dengan seizinnya, maka yang hilang hanya hadats wajahnya saja.

Karena untuk memastikan bahwa seluruh bagian wajah telah terbasuh. Sebab tidak bisa diyakini bahwa seluruh wajah telah terbasuh kecuali dengan membasuh bagian-bagian itu juga.
Demikian informasi seputar Pasal Fardhunya Wudhu, Terjemah Kitab Fatkhul Qoribsemoga bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan yang bernilai ibadah. Wallohu a'lam.

Untuk Bab selanjutnya akan admin bagikan terkait dengan bab Sunnahnya Wudhu.

Ikuti pula Media Sosial kami :
Terimakasih, Wassalam ......Bamus Official

2 Comments

  1. Alhamdulillaah sudah update lagi sangat" membantu👍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimaksih, semoga dapat menambah wawasan kepada kita semuanya,aamiin

      Delete

Post a Comment

Previous Post Next Post