3 Tingkatan Kitab Ilmu Nahwu Atau Ilmu Alat Yang Khas Dipelajari Pondok Pesantren Salaf

Baitulmustaqim.com - 3 Tingkatan Kitab Ilmu Nahwu Atau Ilmu Alat Yang Khas Dipelajari Pondok Pesantren Salaf - Pondok pesantren memiliki metode pembelajaran yang khas dan berbeda dengan pendidikan formal lainnya. Dalam kegiatan belajar mengajar pondok pesantren salaf hampir mayoritas menekankan dalam bidang ilmu alat. Ilmu alat yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang tata cara belajar bahasa Arab. 
https://www.baitulmustaqim.com/2023/02/3-tingkatan-kitab-ilmu-nahwu-atau-ilmu.html
3 Tingkatan Kitab Ilmu Nahwu Atau Ilmu Alat, Sumber Pixabay
Karena kitab-kitab yang diajarkan di pondok pesantren salaf menggunakan bahasa Arab, tentunya sangat memerlukan sebuah ilmu alat. Ilmu alat yang diajarkan pun sangat beragam dan berjenjang, Apa sajakah Ilmu alat yang biasa dipalajari di Pondok pesantren? yuk kita bahas pada artikel ini.

3 Tingkatan Kitab Ilmu Nahwu Atau Ilmu Alat Yang Khas Dipelajari Pondok Pesantren SalafKita ketahui bersama pada setiap pembelajaran pastinya diajarkan secara berjenjang, mulai dari pelajaran yang mudah terlebih dahulu, hingga sampai pelajaran yang paling sulit atau paling luas pembahasannya.

Begitu pula yang diajarkan di Pondok pesantren, khususnya ilmu alat ini. Ilmu alat yang dipelajari di pondok pesantren sangat banyak jenis dan modelnya. Mulai dari yang paling tipis atau yang paling sempit pembahasannya hingga sampai kitab yang tebal dengan pembahasan yang cukup luas.

Langsung saja kita bahas 3 Tingkatan Kitab Ilmu Nahwu Atau Ilmu Alat Yang Khas Dipelajari Pondok Pesantren Salaf, agar kita lebih memahami tentang ilmu alat apa saja yang dipelajari dikalangan pondok pesantren.

Kitab Jurumiyah Sebagai Kitab Nahwu Bagi Pemula

Tingkatan yang paling awal dalan hal ilmu nahwu atau ilmu alat adalah kitab Jurumiyah karangan Syaikh Ash-Shonhaji. Kitab Jurumiyah ini hampir mayoritas diajarkan di seluruh pesantren salaf yang ada di Indonesia.

Pembahasan yang simpel dan mudah dipahami pada kitab Jurumiyah ini mungkin menjadi salah satu penyebab banyaknya digunakan untuk kalangan pemula. Sebagai santri pemula tentunya masih banyak yang belum menguasai cara membaca kitab kuning yang ada dipesantren, maka kitab Jurumiyah dijadikan sebagai bahan pelajaran yang dasar dalam mendalami ilmu alat.

Materi yang terdapat pada kitab Jurumiyah sangat mudah untuk dipahami bagi pemula, sesuai dengan jumlah halaman yang tipis hingga lebih cepat khatam dalam mempelajarinya. 

Dengan adanya kemampuan dalam mempelajari dan menguasai isi kitab Jurumiyah ini tentunya akan mempermudah bagi santri pemula untuk mempelajari ilmu alat atau ilmu nahwu yang setingkat diatasnya.

Kitab Jurumiyah ini diawali dengan pembahasan tentang pengertian kalam, pembagian kalam, i'rob, tanda-tanda i'rob, isim-isim yang dibaca rofa' nasob hingga diakhiri dengan isim yang dibaca khofad atau jer.

Dengan pembahasan yang tidak terlalu meluas maka secara otomatis kitab Jurumiyah ini menjadi rujukan awal dalam mempelajari tata bahasa Arab atau memahami kitab-kitab yang diajarkan di pesantren. 

Biasanya kitab tingkatan nahwu yang awal ini akan dipelajari bagi para santri yang masih berada di madrasah tingkat pertama atau al ula. Untuk melanjutkan pemahamannya dalam ilmu alat atau ilmu nahwu maka dilanjutkan dengan mempelajari kitab setingkat diatasnya.

Kitab Al-Imriti Tingkatan Kitab Nahwu Kedua

Tingkatan ilmu alat atau ilmu nahwu yang kedua yaitu kitab karangan dari Syaikh ahya bin Nur al-Din Abi al-Khoir bin Musa al- Imrithi al-Syafi'i al-Anshori al-Azhari. Kitab tersebut adalah ad-Durroh al-Bahiyyah Nadzmu al-Jurumiyah yang sangat terkenal dikalangan pesantren dengan sebutan kitab Imriti. 

Materi yang terdapat pada kitab Al-Imrithi ini bentuknya berbeda dengan kitab nahwu pada tingakatan awal. Jika pada kitab tingakatan awal atau Jurumiyah berbentuk matan dan syarah, sementara pada kitab Al-Imrithi ini bentuknya nadhom.

Dengan jumlah nadhom lebih kurang dari 254 bait, yang memuat dan menjelaskan tentang penjabaran kitab Jurumiyah. Bahkan sebagian Ulama' mengatakan bahwa kitab Al-Imrithi ini adalah bukan sekedar nadhom saja melainkan sebagai syarah dari kitab Jurumiyah.

Oleh karena itu, kitab nahwu Imrithi ini sangat cocok dijadikan kurikulum pokok di dunia pesantren pada tingkatan menengah atau tingkat wustha. Sebuah tingkatan atau jenjang setelah tingkatan awal yang sudah mempelajari kitab Jurumiyah hingga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari kiatb Imrithi ini.

Selain menggunakan kitab Imriti ini sebagai tingkatan menengah dalam ilmu alat atau kitab nahwu,  terdapat banyak juga pesantren yang ada di Indonesia menggunakan kitab lain yaitu Mutammimah, atau bahkan keduanya. 

Kitab hasil karya Syaikh Syamsuddin al-Maliki adalah syarah dari kitab al-Ajurumiyyah yang memberikan penjelasan lebih mendetail lagi. Banyak kalangan yang menyebutkan bahwa kitab Mutammimah ini menjadi mediator ke tingkatan kitab nahwu yang lebih tinggi.

Kitab Alfiyah Tingkatan Kitab Nahwu Paling Tinggi

Setelah selesai para santri dalam mempelajari kitab-kitab nahwu dasar dan menengah para santri sudah saatnya untuk mempelajari tingkatan kitab nahwu yang paling tinggi, yaitu kitab Alfiyah karya dari Syaikh al-Imam Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad bin Abdillah bin Malik al-Tha'i al-Andalusi al-Jayyani al-Syafi'i. 

Sebuah kitab nahwu yang bentuknya sama dengan kitab tingkatan menengah yaitu dengan bentuk nadhom. Dengan jumlah ndhom lebih kurang 1002 bait, yang amat sangat padat akan makna, sehingga banyak sekali para ulama ahli nahwu yang mensyarahi kitab nahwu ini hingga kurang lebihnya mencapai 40-an kitab yang telah menjadi syarahnya. 

Maka tak heran apabila kitab nahwu Alfiyah Ibnu Malik ini menjadi rujukan utama dalam mempelajari kaidah bahasa Arab dan sudah pasti dipelajari di setiap pesantren salaf.

Di dalam kitab yang paling tinggi tingkatannya ini tidak hanya membahas seputar ilmu nahwu saja, melainkan mencakup tentang ilmu shorof dan ilmu yang lainnya. 

Mempunyai kandungan ilmu yang sangat tinggi dalam filsafat, juga nasehat-nasehat yang dapat dijadikan sebagai rujukan sebagai prinsip dalam kehidupan bermasyarakat. 

3 Tingkatan Kitab Ilmu Nahwu Atau Ilmu Alat Yang Khas Dipelajari Pondok Pesantren Salaf yang admin sampaikan tentunya hanya sebatas umumnya kitab nahwu yang digunakan atau dipelajari di pondok pesantren salaf.

Tidak menutup kemungkinan ada beberapa kitab nahwu yang lain yang dipelajari di pesantren guna untuk memberi kepahaman kepada santri-santrinya untuk memperdalam ilmu nahwu, seperti kitab Nahwu Wadhih dan masih banyak lagi yang lainnya.

Semua tergantung kebijakan dari pengasuh pondok pesantren yang bersangkutan, namun untuk mampu memahami kitab kuning yang mencakup berbagai macam ilmu yang ada sudah pasti diawali dengan kitab yang peling mudah terlebih dahulu, tidak langsung kepada kitab yang paling tinggi tingkatannya.


Demikian 3 Tingkatan Kitab Ilmu Nahwu Atau Ilmu Alat Yang Khas Dipelajari Pondok Pesantren Salafsemoga dengan adanya artikel yang admin bagikan ini akan menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya terkait dengan tingkatan Ilmu Nahwu. 

Ikuti pula Media Sosial kami :
Terimakasih, Wassalam ......Bamus Media

Post a Comment

Previous Post Next Post