3 Perkara Yang Menyelamatkan dan 3 Perkara Yang Merusak

Baitulmustaqim.com - 3 Perkara Yang Menyelamatkan dan 3 Perkara Yang Merusak - Ahad Legi Minggu kedua 11 Desember 2022 digelar didepan dalem (Kediaman Pengasuh) tepatnya berada di Aula Badar. Rutinan pada hari ini memang sedikit berbeda jika dibandingkan rutinan biasanya, pasalnya tempat pelaksanaan Ahad Legi biasa dilaksanakan di aula Madrasah Diniyyah namun pada hari ini di Aula Badar.
KH. Muchtar Ghozali, Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Mustaqim 
Seperti biasanya sebelum mauidlotuh disampaikan, terlebih dahulu diawali dengan pembacaan istighozah At-Tarmasi, yang diikuti oleh santri dan seluruh jama'ah yang hadir. 

Dalam Mauidlhoh Rutinan Ahad Legi kali ini Pengasuh Abah Yai Muchtar Ghozali menyampaikan sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi tentang tiga sikap manusia yang saling bertentangan.

Berikut hadits Nabi Muhammad SAW:

  ثَلاثٌ مُنَجِّيَاتٌ، وثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ، فَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ : فَتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ، وَالْقول بالحق فِي الرِّضَا والسخط، وَالْقَصْدُ فِي الْغِنَى وَالْفَقْرِ . وأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ 

 Artinya: Ada tiga hal yang bisa menyelamatkan dan tiga hal yang bisa merusak. Yang menyelamatkan antara lain: 
  1. Takwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai, 
  2. Berkata benar (adil) dalam kondisi ridha maupun marah, dan 
  3. Bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin. 
Sedangkan yang merusak antara lain 
  1. Bakhil yang kelewatan, 
  2. Mengikuti nafsu, dan 
  3. Ujub terhadap diri sendiri.

Tiga Perkara Yang Menyelamatkan 

1. Takwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai,.


Pengertian dari taqwa adalah menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangannya, baik dalam keadaan sepi (rahasia) ataupun dalam keadaan ramai (terang-terangan). Jadi saat bertaqwa tanpa memandang tempat dan waktu. 

Dimanapun dan dalam keadaan yang seperti apapun juga tetap taqwa kepada Allah SWT. Jika seorang hamba yang mukmin maka mengartikan taqwa tidaklah sederhana. Sekedar menjalankan perintah dan menjauhi larangan saja.

Sehingga acap kali mengartikan taqwa hanyalah sekedar cukup melaksanakan sholat lima waktu, puasa, haji, berbuat baik dengan sesama, dan jenis ibadah yang lainnya. 

Namun menurut hadits di atas taqwa dengan artian السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ adalah taqwa dan takut kepada Allah SWT dalam setiap tingkah dan keadaan. Taqwa dan malu hanya kepada Allah semata dengan tanpa mengesampingkan dengan hal lain apapun selain dari Allah.

2. Berkata Benar (Adil) Dalam Kondisi Ridha Maupun Marah

Untuk kategori yang kedua ini memang sulit untuk dipraktekkan, bagaimana tidak saat kita dalam keadaan emosi dan marah kita diperintahkan untuk berlaku adil. 

Kita wajib dapat mengendalikan emosi yang pasang-surut, kita tidak boleh lengah dan goyah hanya karena emosi sesaat. Harus mampu berpegang teguh kepada kebenaran dan keadilan. Jika memang hukumnya haram maka tetap haram meskipun kita sangat membutuhkannya. Begitu juga sebaliknya yang halal selalu halal kendatipun kita tak menyukainya. 

Dalam hal memegang prinsip sangat tergantung kepada cara mengelola diri: Bagaimana mampu senantiasa rendah hati kepada siapapun tanpa membeda-bedakan pandangan dan sikap terhadap mereka. Karena itu, karena itu berkata benar dalam segala kondisi ini merupakan lawan dari perilaku merusak i‘jabul mar’i binafsih atau ujub terhadap diri sendiri. 

3. Bersikap Sederhana Dalam Keadaan Kaya Maupun Miskin 

Kaya dan miskin adalah sudah menjadi ketentuan hhidup manusia, terkadang manusia dalam keadaan miskin atau kekurangan, namun juga manusia terkadang berada dalam keadaan kaya atau kecukupan.

Sederhana disini bukannya kita hidup dalam kekurangan, juga bukan berlebihan. Namun kita dapat membedakan dan mengendalikan perekonomian kita, di saat kita miskin atupun kaya.

Banyak yang mengartikan hidup sederhana dengan irit atau pelit, cara pandang yang seperti itu adalah salah total. Hidup sederhana bukanlah irit atau pelit, namun memang pandai dan mampu untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

Perlu diketahui bahwasannya tidak setiap keinginan adalah keperluan masing-masing, sedangkan kebutuhan mempunyai perioritas yang lebih setingkat di atas keinginan yang harus dijalankan. 

Dalam pelaksaannya banyak sekali orang terjebak dengan duahal tersebut. Alih-alih mencukupi kebutuhan ternyata hanyalah sebatas keinginan saja yang didorong oleh hawa nafsu.

Seringkali manusia mampu diuji oleh Allah SWT dalam hidup kekurangan atau kemiskinan namun tidak mampu saat mendapatkan ujian dengan harta yang cukup bahkan lebih.

Di saat miskin atau kekurangan berapapun rizki atau uang yang dimiliki dapat mencukupi kebutuhan, namun di saat kaya pola hidup yang sederhana berubah dengan drastis, setiap hari makan diluar, belanja, shopping dan lain sebagainya.

"Di saat tidak punya atau dalam keadaan kekurangan manusia dapat hidup sederhana, namun saat kaya pola hidup berubah. Bentar-bentar shopping belanja, pola hidup ganti dengan sendirinya" Kata Abah Yai Muchtar Ghozali saat menyampaikan mauidlohnya.


Demikian informasi tentang 3 Perkara Yang Menyelamatkan dan 3 Perkara Yang Merusak, semoga dengan adanya artikel ini kita mampu menempatkan 3 perkara yang dapat menyelamatkan kita, aamiin.

Adapun untuk 3 Perkara yang dapat merusak kemuliaan kita akan admin bahas pada artikel selanjutnya. 

Ikuti pula Media Sosial kami :
Terimakasih, Wassalam ......Bamus Media

Post a Comment

Previous Post Next Post