Pasal Sunahnya Wudlu, Terjemah Kitab Fatkhul Qorib

Baitulmustaqim.com - Pasal Sunahnya Wudhu, Terjemah Kitab Fatkhul Qorib - Jika pada artikel sebelumnya pembahasan yang admin bagikan terkait dengan Pasal Fardlunya Wudlu pada terjemahan kitab Fatkhul Qorib, maka artikel berikut akan menyampaikan tentang Pasal Sunahnya Wudlu, Kitab Fatkhul Qorib.
Sunahnya Wudlu, Fardlunya Wudlu
Ilustrasi Berwudlu
Kita ketahui bersama dalam hal ibadah tentunya yang menentukan sah dan tidaknya dalam ibadah adalah Allah SWT semata. Namun dalam hal syariat maka kita harus mengetahui syarat dan sahnya ibadah itu sendiri. Harus mengetahui fardhu dan sunahya juga. 

Terlebih lagi dalam hal bersuci, karena benar atau salahnya cara bersuci suatu hal penting dalam penentuan sah atau tidaknya dalam menjalankan ibadah. Jika cara bersuci dengan benar sesuai dengan Al-Qur'an, Hadits, Ijma' dan Qiyas para Ulama' tentunya bersuci kita akan sah menurut syariat. 

Lain halnya apabila kita dalam bersuci asal-asalan tanpa memperhatikan kaidah hukum yang berlaku, niscaya cara bersuci kita tidak akan benar dan tentunya ibadah yang kita jalankan tidak akan sah.

Sebagaimana bab sebelumnya terkait dengan fardlunya wudlu, tentu sah saja dijalankan apabila hanya fardluna saja, namun alangkah lebih baik apabila sunah dalam berwudlu juga dikerjakan. Karena sunah dalam setiap ibadah dapat menutupi kekurangan dalam melakukan fardlu. 

Nah, oleh karena itu disini admin akan berbagi kembali tentang Sunahnya Wudlu, Kitab Fatkhul Qorib. Sunah dalam berwudlu ini tertuang lengkap dalam kitab FatkhulQorib atau yang kita kenal dengan Taqrib ini.

Berikut Pasal Sunahnya Wudlu, Terjemah Kitab Fatkhul Qorib lengkap dengan bahasa Arabnya.

(وسننه) أي الوضوء (عشرة أشياء) وفي بعض نسخ المتن عشر خصال (التسمية) أوله وأفلها بسم الله وأكملها بسم الله الرحمن الرحيم، فإن ترك التسمية أوله أتى بها في أثنائه، فإن فرغ من الوضوء لم يأت بها

(وغسل الكفين) إلى الكوعين قبل المضمضة ويغسلهما ثلاثاً إن تردد في طهرهما. (قبل إدخالهما الإناء) المشتمل على ماء دون القلتين، فإن لم يغسلهما كره له غمسهما في الإناء، وإن تيقن طهرهما لم يكره له غمسهما. (والمضمضة) بعد غسل الكفين، ويحصل أصل السنة فيها بإدخال الماء في الفم سواء أداره فيه ومجه أم لا، فإن أراد الأكمل مجه

(والاستنشاق) بعد المضمضة ويحصل أصل السنة فيه بإدخال الماء في الأنف سواء جذبه بنفسه إلى خياشمه ونثره أم لا، فإن أراد الأكمل نثره والجمع بين المضمضة والاستنشاق بثلاث غرف، يتمضمض من كل منها ثم يستنشق أفضل من الفصل بينهما.

(ومسح جميع الرأس) وفي بعض نسخ المتن واستيعاب الرأس بالمسح،أما مسح بعض الرأس، فواجب كما سبق، ولو لم يرد نزع ما على رأسه من عمامة ونحوها كمل بالمسح عليها. (ومسح) جميع (الأذنين ظاهرهما وباطنهما بماء جديد) أي غير بلل الرأس، والسنة في كيفية مسحهما أن يدخل مسبحتيه في صماخيه، ويديرهما، على المعاطف، ويمرّ إبهاميه على ظهورهما، ثم يلصق كفيه، وهما مبلولتان بالأذنين استظهاراً.

(وتخليل اللحية الكثة) بمثلثة من الرجل أما لحية الرجل الخفيفة، ولحية المرأة والخنثى، فيجب تخليلهما وكيفيته أن يدخل الرجل أصابعه من أسفل اللحية

(وتخليل أصابع اليدين والرجلين) إن وصل الماء إليها من غير تخليل، فإن لم يصل إلا به، كالأصابع الملتفة وجب تخليلها، وإن لم يتأت تخليلها لالتحامها حرم فتقها للتخليل، وكيفية تخليل اليدين بالتشبيك والرجلين بأن يبدأ بخنصر يده اليسرى من أسفل الرجل مبتدئاً بخنصر الرجل اليمنى خاتماً بخنصر اليسرى

(وتقديم اليمنى) من يديه ورجليه (على اليسرى) منهما أما العضوان اللذان يسهل غسلهما معاً كالخدين فلا يقدم اليمين منهما بل يطهران دفعة واحدة، وذكر المصنف سنية تثليث العضو المغسول والممسوح في قوله(والطهارة ثلاثاً ثلاثاً) وفي بعض النسخ التكرار، أي للمغسول والممسوح،

(والموالاة) ويعبر عنها بالتتابع، وهي أن لا يحصل بين العضوين تفريق كثير، بل يطهر العضو بعد العضو بحيث لا يجف المغسول قبله مع اعتدال الهواء والمزاج والزمان، وإذا ثلث فالاعتبار بآخر غسلة، وإنما تندب الموالاة في غير وضوء صاحب الضرورة، أما هو فالموالاة واجبة في حقه. وبقي للوضوء سنن أخرى مذكورة في المطولات.

1. Membaca Basmalah

Kesunnahan-kesunnahan wudlu’ ada sepuluh perkara. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan dengan bahasa ”sepuluh khishal”.

Yaitu membaca basmalah di awal pelaksanaan wudlu’. Minimal bacaan basmalah adalah bismillah. Dan yang paling sempurna adalah bismillahirrahmanirrahim.

Jika tidak membaca basmalah di awal wudlu’, maka sunnah melakukannya di pertengahan pelaksanaan. Jika sudah selesai melaksanakan wudlu’-dan belum sempat membaca basmalah-, maka tidak sunnah untuk membacanya.

2. Membasuh Kedua Telapak Tangan

Dan membasuh kedua telapak tangan hingga kedua pergelangan tangan sebelum berkumur. Dan membasuh keduanya tiga kali jika masih ragu-ragu akan kesuciannya, sebelum memasukkannya ke dalam wadah yang menampung air kurang dari dua Qullah.

Sehingga, jika belum membasuh keduanya, maka bagi dia di makruhkan memasukkannya ke dalam wadah air. Jika telah yaqin akan kesucian keduanya, maka bagi dia tidak dimakruhkan untuk memasukkannya ke dalam wadah.

3. Berkumur dan Memasukkan Air Ke Hidung

Dan berkumur setelah membasuh kedua telapak tangan. Kesunnahan berkumur sudah bisa hasil / didapat dengan memasukkan air ke dalam mulut, baik di putar-putar di dalamnya kemudian di muntahkan ataupun tidak. Jika ingin mendapatkan yang paling sempurna, maka dengan cara memuntahkannya.

4. Dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) setelah berkumur.

Kesunnahan istinsyaq sudah bisa didapat dengan memasukkan air ke dalam hidung, baik ditarik dengan nafasnya hingga ke janur hidung lalu menyemprotkannya ataupun tidak. Jika ingin mendapatkan yang paling sempurna, maka dia harus mennyemprotkannya.

5. Mubalaghah (mengeraskan) di anjurkan saat berkumur dan istinsyaq.

Mengumpulkan berkumur dan istinsyaq dengan tiga cidukan air, yaitu berkumur dari setiap cidukan kemudian istinsyaq, adalah sesuatu yang lebih utama daripada memisah di antara keduanya.

6. Mengusap Seluruh Kepala

Dan mengusap seluruh bagian kepala. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan dengan bahasa “dan meratakan kepala dengan usapan”.

Sedangkan untuk mengusap sebagian kepala hukumnya adalah wajib sebagaimana keterangan di depan.

Dan seandainya tidak ingin melepas sesuatu yang berada di kepalanya yaitu surban atau sesamanya, maka dia disunnahkan menyempurnakan usapan air itu ke seluruh surbannya.

7. Mengusap Kedua Telinga

Dan mengusap seluruh bagian kedua telinga, bagian luar dan dalamnya dengan menggunakan air yang baru, maksudnya bukan basah-basah sisa usapan kepala.

Dan yang sunnah di dalam cara mengusap keduanya adalah ia memasukkan kedua jari telunjuk ke lubang telinganya, memutar-mutar keduanya ke lipatan-lipatan telinga dan menjalankan kedua ibu jari di telinga bagian belakang, kemudian menempelkan kedua telapak tangannya yang dalam keadaan basah pada kedua telinganya guna memastikan meratanya usapan air ke telinga.

8. Menyelah-Nyelahi Jenggot, Jari Kedua Tangan dan Kaki

Dan menyelah-nyelahi bulu jenggotnya orang laki-laki yang tebal. Lafadz ”al katstsati” dengan menggunakan huruf yang di beri titik tiga (huruf tsa’).

Sedangkan jenggotnya laki-laki yang tipis, jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka wajib untuk diselah-selahi. Cara menyelah-nyelahi adalah seorang laki-laki memasukkan jari-jari tangannya dari arah bawah jenggot.

Dan sunnah menyelah-nyelahi jari-jari kedua tangan dan kaki, jika air sudah bisa sampai pada bagian-bagian tersebut tanpa diselah-selahi.

Jika air tidak bisa sampai pada bagian tersebut kecuali dengan cara diselah-selahi seperti jari-jari yang menempel satu sama lain, maka wajib untuk diselah-selahi.

Jika jari-jari yang menempel itu sulit untuk diselah-selahi karena terlalu melekat, maka haram di sobek karena tujuan untuk diselah-selahi.

Cara menyelah-nyelahi kedua tangan adalah dengan tasybik. Dan cara menyelah-nyelahi kedua kaki adalah dengan menggunakan jari kelingking tangan kanan di masukkan dari arah bawah kaki, di mulai dari selah-selah jari kelingking kaki kanan dan di akhiri dengan jari kelingking kaki kiri.

9. Mendahulukan Bagian Kanan

Dan sunnah mendahulukan bagian kanan dari kedua tangan dan kaki sebelum bagian kiri dari keduanya.

Sedangkan untuk dua anggota yang mudah dibasuh secara bersamaan seperti kedua pipi, maka tidak disunnahkan untuk mendahulukan bagian yang kanan dari keduanya, akan tetapi keduanya di sucikan secara bersamaan.

10. Mengulangi Tiga Kali dan Muwalah (Terus Menerus)

Mushannif menyebutkan kesunnahan mengulangi basuhan dan usapan anggota wudlu’ sebanyak tiga kali di dalam perkataan beliau, “dan sunnah melakukan bersuci tiga kali tiga kali.” Dalam sebagian teks diungkapkan dengan bahasa “mengulangi anggota yang dibasuh dan yang diusap.”

Dan muwallah (terus menerus). Muwallah diungkapkan dengan bahasa “tatabbu’”(terus menerus). Muwallah adalah antara dua anggota wudlu’ tidak terjadi perpisahan yang lama, bahkan setiap anggota langsung disucikan setelah mensucikan anggota sebelumnya, sekira anggota yang dibasuh sebelumnya belum kering dengan keaadan angin, cuaca dan zaman dalam keadaan normal.

Ketika mengulangi basuhan hingga tiga kali, maka yang jadi patokan adalah basuhan yang terakhir.

Muwallah hanya disunnahkan di selain wudlu’nya shahibud dlarurah (orang yang memiliki keadaan darurat). Sedangan untuk shahibur dlarurah, maka muwallah hukumnya wajib bagi dia.


Demikian informasi seputar Pasal Sunahnya Wudhu, Terjemah Kitab Fatkhul Qoribsemoga bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber bacaan yang bernilai ibadah. Wallohu a'lam.

Untuk Bab selanjutnya akan admin bagikan terkait dengan bab Istinjak dan Adab Buang Air (Kecil dan Besar).

Ikuti pula Media Sosial kami :
Terimakasih, Wassalam ......Bamus Official

Post a Comment

Previous Post Next Post